Waduk Malahayu Brebes

Waduk Malahayu terletak di Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes,Jawa Tengah; ± 6 km dari Banjarharjo atau 17 km dari Tanjung. Luas kawasan ini sekitar 944 hektare dan dibangun pada tahun 1930 oleh Kolonial Belanda.

Waduk Penjalin Brebes

Waduk Penjalin adalah sebuah bendungan yang dibangun tahun 1930 semasa penjajahan Belanda bersamaan dengan Waduk Malahayu di Brebes Bagian Utara.

Perkebunan Teh Kaligua

Perkebunan teh Kaligua merupakan kawasan wisata agro dataran tinggi yang terletak Kaligua di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Brebes bagian Selatan.

Masjid Agung Kota Brebes

Masjid Agung Brebes merupakan salah satu bangunan masjid tertua di wilayah pantura Kabupaten Brebes yang didirikan tahun 1836 masa pemerintahan Bupati Raden Adipati Ariya Singasari Panatayuda I (Kyai Sura) yang bangunan aslinya berarsitek jawa kuno, dengan kubah berbentuk limas.

Bung Karno

Berteriak adalah “hobi” Sukarno. Ia berteriak untuk memberi semangat rakyatnya. Ia berteriak juga untuk mengganyang musuh-musuh negara. Jika konteksnya adalah membakar semangat rakyat, maka Bung Karno adalah seorang orator ulung.

Jumat, 29 Juni 2012

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FALSAFAH ISLAM DI BARAT DAN DI TIMUR


Disusun Oleh:
Ahmad Suhaimi
(1110033100040)
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2012 M

Pendahuluan
Bahwa Falsafah sudah menjadi sebuah tradisi baru, corak pemikiran para peminatnya (failasuf) secara garis wilayah terbagi menjadi dua, yaitu di Timur dan di Barat. Falsafah Islam pertama lahir di bagian Timur atau kawasan zajirah Arab, yaitu ketika Abu Ya`kub ibn Ishaq al-Kindi (al-Kindi) merumuskan falsafah secara sistematis yang kemudian dia dikenal dengan sebutan “Failasuf Arab”. Corak pemikirannya bersipat Aristotelian dan banyak karya-karya Aristo yang dialih bahasakan kedalam bahasa Arab seperti mengenai logika, struktur ilmu pengetahuan, kosmologi dan risalah tentang akal.

Ibn Rusyd merupakan tokoh yang sangat fanatik kepada pemikirannya Aristoteles, semisal ia sangat mengagumi hasil karya Aristo yaitu ilmu mantik yang ia menanggapinya sebagai suatu karya maha agung yang membawa manusia kepada jalan kebenaran.

Begitu juga Abu Nasr al-Farabi (al-Farabi: 258 H/870 M). Ia merupakan penerus dari perjuangan al-Kindi, al-Farabi dinobatkan sebagai “al-Mu`allim al-Tsani” (guru kedua) karena bagi mereka Aristoteles dianggap sebagai “al-Mu`allim al Awwal” (guru pertama). Jabatan itu di nisbatkan kepadanya dikarenakan al-Farabi merupakan peletak logika dan metafisika Islam. Selamat menyimak makalah kajian persamaan dan perbedaan falsafah Islam di Barat dan falsafah Islam di Timur yang simpel dan ringkas ini, semoga ada manfaatnya.

Pembahasan
1.       Falsafah Islam di Barat
Pergolakan pemikiran dikalangan umat Islam ternyata tidak hanya sebatas didaerah kelahirannya, akan tetapi di daerah perantauan pun mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Terbukti dengan lahirnya tokoh pemikir terkemuka dibidang kajian falsafah dari daratan Cordova Spanyol. Ilmu falsafah berkembang di spanyol dirintis oleh Bin Massarroh (883-931 H). berkembang pesat sesudah zaman Umawiyah II. Failasuf yang terkenal Ibn Bajjah dengan karyanya The Rule of Sollitary . Ibn Thufail (1105-1185 M) dengan keryanya Hayy bin Yaqzhan, serta Ibn Rusyd dengan karyanya Tahafut al-Tahafut.[1]

Nama lengkapnya adalah Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd (ibn Rusyd: 520H/1126M) yang merupakan pemikir yang sangat Aristotelian. Kritik yang di usungnya dialamatkan kepada para pemikir Islam di bagian Timur semisal al-Kindi, al-Farabi dan Ibn Sina atas pemikirannya yang mencampurbaurkan ajaran-ajaran dari unsur  Platonis, Neo-Platonis dan Aristotelian.  Hal demikian itu dikarenakan bahwa ibn Rusyd merupakan tokoh yang sangat fanatik kepada pemikirannya Aristoteles, semisal ia sangat mengagumi hasil karya Aristo yaitu ilmu mantik yang ia menanggapinya sebagai suatu karya maha agung yang membawa manusia kepada jalan kebenaran.

Sama halnya dengan para failasuf timur sebelumnya, ibn Rusyd juga membuka wacana konseptual tentang keserasian antara falsafah dengan agama. Hal demikian dilakukannya kerena banyaknya serangan-serangan pedas yang dilakukan oleh para kaum theology dan faqih. Dia menyadari bahwa telah menjadi tugasnya lah membela para failasuf dalam menangkis serangan-serangan keras itu, terutama setelah mereka dikutuk oleh al-Ghazali dalam karyanya ketidak logisan para failasuf  risalah ibn Rusyd yang berjudul: Fashl al-Maqal Fi Ma Bain al-Hikmah wa al Syari`ah Minal Ittishal merupakan suatu pembelaan bagi falsafah sepanjang falsafah tersebut serasi dengan agama.[2] Kemudian disebutkan pula bahwa ibn Rusyd tetap dinilai sebagai failasuf yang paham keagamaannya paling mendekati golongan ortodoks.[3]


2.      Falsafah Islam di Timur
Setelah dari Barat kita beralih ke Timur. Dunia intelektual Islam memiliki sudut keistimewaan baik itu bagi umat Islam sendiri maupun bagi orang-orang yang berasal dari non-Islam yang dengan semangat mempelajarinya (missioneris). Berawal dari gelombang Hellenistis yang merupakan gerbang awal lahirnya Falsafah Islam yang diawali dengan kegiatan penerjemahan kitab-kitab Yunani kuno yang telah beralih bahasa kebahasa Suryani ke dalam bahasa Arab yaitu pada zaman kekuasaan `Abbasiyah yang dipimpin oleh al-Ma`mun, dimana kegiatan penerjemahan besar-besaran itu dilakukan di wisma kearifan (Bait al-Hikmah) sebagai sentral kajian ilmiah, dari tradisi kajian inilah lahir para failasuf terkemuka seperti al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, ibn Sina (di Timur), ibn Bajjah, ibn Tufail dan ibn Rusyd (di Barat).[4] Namun demikian, gelombang Hellenisme tersebut merupakan suatu pengalaman yang tercampur antara manfaat dan madlarat bagi kaum muslimin.[5]

Kemudian, ketika pemikiran Islam khususnya Falsafah sudah menjadi sebuah tradisi baru, corak pemikiran para peminatnya (failasuf) secara garis wilayah terbagi menjadi dua, yaitu di Timur dan di Barat. Falsafah Islam pertama lahir di bagian Timur atau kawasan zajirah Arab, yaitu ketika Abu Ya`kub ibn Ishaq al-Kindi (al-Kindi) merumuskan falsafah secara sistematis yang kemudian dia dikenal dengan sebutan “Failasuf Arab”. Corak pemikirannya bersipat Aristotelian dan banyak karya-karya Aristo yang dialih bahasakan kedalam bahasa Arab seperti mengenai logika, struktur ilmu pengetahuan, kosmologi dan risalah tentang akal.

Al-Kindī pun mencoba untuk merumuskan suatu sistem keselarasan antara agama dan falsafah, agama yang bersipat ilahiyah melalui jalan wahyu diartikan sebagai sistem sosial yang dibuat  oleh penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empirik yang dipercaya dan didayagunakan untuk mecapi keselamatan bagi penganutnya.[6] Sedangkan falsafah arah kebenarannya melalui rule logika dan rasio. Akan tetapi bagi Al-Kindī keduanya mengarah kepada pencarian kebenaran dengan kata lain keduanya sama-sama mengarah kepada kebenaran,  lebih lanjut dia menegaskan bahwa kebenaran falsafah berlandaskan akal pikiran sedangkan kebenaran agama derlandaskan kepada wahyu.[7]

Tradisi Falsafah Islam di Timur juga melahirkan sosok yang sangat monumental yang berpengaruh di dunia intelektual baik di Timur maupun di Barat, yaitu Abu Nasr al-Farabi (al-Farabi: 258 H/870 M). Ia merupakan penerus dari perjuangan al-Kindi, al-Farabi dinobatkan sebagai “al-Mu`allim al-Tsani” (guru kedua) karena bagi mereka Aristoteles dianggap sebagai “al-Mu`allim al-Awwal” (guru pertama). Jabatan itu di nisbatkan kepadanya dikarenakan al-Farabi merupakan peletak logika dan metafisika Islam.

Pemikir Islam yang muncul selanjutnya adalah Abu `Ali al-Husayn ibn `Abdullah ibn Sina (Ibnu Sina) yang merupakan penerus dari pemikiran al-Farabi. Hal demikian dikarenakan bahwa ketika Ibn Sina mencoba untuk membaca karya Aristo sebanyak 40 kali tetapi beliau tidak paham, akan tetapi berkat risalah pendek yang ditulis oleh al- Farabi beliau dapat memahami alur pemikirannya.

Ibnu Sina merupakan peletak dasar bangunan Neo-Platonis atas dasar kosmologi Aristotelian, yang menjelaskan pembagian alam menurut sistem emanasi. Ia juga merupakan failasuf muslim pertama yang mencoba untuk menjelaskan konsep rasionalisasi dari kenabian, yang baginya sosok seorang Nabi itu dimungkinkan adanya.[8]

Dari mulai al-Kindi sampai ibnu Sina, memiliki kesinambungan yang sangat jelas antara satu dengan yang lainnya. Bahwa yang satu mempengaruhi corak pemikiran Failasuf selanjutnya. Kemudian setelah itu muncul sosok pemikir ulung yang membantah struktur pengetahuan falsafah yaitu Abu Hamid ibnu Muhammad al-Ghazali (al-Ghazali: 505 H/1111 M). Ia mengkritik secara tajam para tokoh pemikir sebelumnya yaitu diantaranya Ibnu Sina. Sekalipun ia menghujat secara kritis Falsafah, akan tetapi kritikannya itu bernuansa Filosofis.

Kritik dari al-Ghazali itu bertujuan untun membela dan membangkitkan lagi semangat keagamaan bagi para umat muslim, dan jangan terlalu memfokuskan diri dalam kajian falsafah. Terbukti bahwa al-Ghazali mengarang sebuah kitab yang berjudul Tahafut al-Falalasifah dan dilanjutkan dengan mengarang kitab monumentalnya yaitu Ihya `Ulum al-Din.

Kesimpulan
Dari ulasan diatas dapat ditarik benang kesimpulan  bahwa dalam wacana keintelektualan muslim khususnya falsafah itu sangatlah dinamis. satu sama lain saling berkesinambungan meski antara dimensi ruang dan waktunya sangatlah jauh berbeda.  Dari kesinambungan tersebut pula lah dapat terlihat adanya letak titik persamaan dan perbedaan pemikiran satu dengan yang lainnya. Semisal persamaannya adalah mereka sama-sama mencoba untuk menyelaraskan pengetahuan falsafah dan pengetahuan agama meski dengan metode yang berbeda. Dalam titik perbedaannya dapat dilihat dari paham aliran yang mereka anut, semisal para failasuf Islam di Timur menganut ajaran yang dualism yaitu Neo-Plotinus sekaligus Aristotelian, sedangkan failasuf Islam yang berada dikawasan Barat memegang satu madzhab yaitu Aristotelian murni.



[1] M. M, Syarif. Para Filosof Muslim. Bandung: Mizan. 1985[2] M.M, Syarif, “Para Filosof Muslim”, (Bandung: Mizan. 1985), h.204.[3] Nurcholis Madjid, “Khazanah Intelektual Islam”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h.37[4]  Abuddin Nata, “Ilmu Kalām, Filsafat, dan Tasawuf”, (Jakarta: Raja Grapindo, 1998), h.54.[5] Nurcholis Madjid, “Khazanah Intelektual Islam” (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h.24.
[6] Hendropuspito, “Sosiologi Agama”, (Yogyakarta: Kanisius,1983), h. 34.
[7] M.M, Syarif,  “Para Filosof Muslim” (Bandung: Mizan. 1985), h.17 .

[8] Nurcholis Madjid, “Khazanah Intelektual Islam” (Jakarta: Bulan Bintang, 1994)

Sejarah Perkembangan Ulumul Al-Qur’an

Sejarah Perkembangan Ulumul Al-Qur’an

Dalam definisi di atas, al-Quran adalah Kitab Suci umat Islam, diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw dalam bahasa Arab untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai petunjuk kepada jalan yang lurus sehingga mereka keluar dari kegelapan dan kejahilan. Para sahabat Nabi adalah orang-orang asli Arab. Karena itu meraka mampu memahami hampir seluruh ayat al-Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad Saw. Kalupun diantara mereka menemukan ayat-ayat sulit lalu memehaminya, langsung ditanyakan kepada Nabi Muhammad Saw.

Sebagai contoh , ketika disampaikan kepada para sahabat Qs al-An’am/6:82, “....orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”; mereka bertanya kepada Rasulullah: “Siapakah diantara kamu yang tidak pernah berbuat zalim?” Pada kesempatan itu Nabi Muhammad Saw menunjukan dalilnya, yaitu al-Qur’an surah Luqman/31;13, “Dan (ingatlah) ketika lukman berkata kepada anaknya, “hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah (syirik), sesungguhnya mempersekutukan itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar as-Shidiq, naskah-naskah al-qur’an yang ditulis para sekretaris Nabi Saw dikumpulkan menjadi satu dan disimpan. Baru pada masa kekhalifaan usman ibnu Affan, naskah itu dikeluarkan untuk ditulis ulang dan disusun kembali. Naskah al-Qur’an yang baru ditulis ulang itu kemudian dijadikan sebagai naskah standar (induk), yang kemudian dikenal sebagai al-Mushaf al-Utsmani. Dalam hal ini, Usman telah meletakan dasar ilmu rasm al-Qur’an (ilmu tentang bentuk tulisan al-Qur’an) atau ilmu al-rasm al-Usmani (ilmu tentang tulisan yang disetujui Usman). [1] disamping itu untuk memelihara kelurusan bahasa al-Qur’an, Ali ibnu Abi Thalib menginstrusikan kepada Abu al-Aswad al-Duwali (w. 69 H/688 M) untuk menyusun tata bahasa Arab sesuai dengan naskah al-Qur’an. Dengan itu Ali ibnu Abi Thalib sebenarnya mendorong munculnya ‘ilmu ‘irab al-Qur’an. Suatu cabang ‘ulum al-Qur’an yang mengkaji al-Qur’an dari segi tata bahasa.

Dengan disingkat dapat dikatakan bahwa para perintis ilmu al-Qur’an dari generasi sahabat, generasi tabi’in, dan generasi tabi’u al-tabi’in, adalah sebagai berikut:
Dari kalangan sahabat: Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn al-Khatab, Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibnu Abbas, Abdullah ibn Mas’ud, Zaid ibnu Sabit, Ubay ibn Ka’ab, Abu Musa al-Asy’ari, dan Abdullah ibn Zubair.
Dari kalangan tabi’in: Mujahid, ‘Atha’ ibn Abi Rabah, Ikrimah, Qatadah, Hasan al-Bashri, Sa’id ibn Jubair, Alqamah ibn Qais, dan Zaid ibn Aslam.
Dari kalangan tabi’u al-tabi’in: Malik ibn Anas.

Kemudian, Ulumul Qur’an memasuki masa pembukuanya pada abad ke-2 H. Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai umm al ulum alQur’aniyyah. Para penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah ibn al-Hajjaj (160 H), Sufyan Ibn Uyaynah (198 H), dan Wali Ibn al-Jarrah (197 H).Dan pada abad ke-3 muncul tokoh tafsir yang merupakan mufassir pertama yang membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagianya. Beliau adalah Ibn Jarir atThabari (310 H). Selanjutnya sampai abad ke-13 ulumul Qur’an terus berkembang pesat dengan lahirnya tokoh-tokoh yang selalu melahirkan buah karyanya untuk terus melengkapi pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan ilmu tersebut. Diantara sekian banyak tokoh-tokoh tersebut, Jalaluddin al-Bulqini (824 H) pengarang kitab Mawaqi’ Al-ulum min Mawaqi’ al-Nujum dipandang Assuyuthi sebagai ulama yang mempelopori penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab, dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an. Jalaluddin al-Syuyuthi (991 H) menulis kitab Al-Tahhir fi Ulum al Tafsir. Penulisan kitab ini selesai pada tahun 873 H. kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an.

Karena itu, menurut sebagian ulama, kitab ini dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an paling lengkap. Namun, Al-Syuyuthi belum merasa puas dengan karya monumental ini sehingga ia menyusun lagi kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Didalamnya dibahas 80 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut Al-Zarqani, kitab ini merupakan pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Sampai saat ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama. Sehingga tokoh-tokoh ahli Qur’an masih banyak hingga saat ini di seluruh dunia.

Sementara ini, ahli keislaman berpendapat bahwa ilmu menurut al-Quran mencakup segala macam pengetahuan yang berguna bagi manusia dalam kehidupannya, baik masa kini maupun masa depan; fisika atau metafisika.

Berbeda dengan klasifikasi ilmu yang digunakan oleh para filosof -Muslim atau non-Muslim, pada masa-masa silam, atau klasifikasi yang belakangan ini dikenal seperti, antara lain, ilmu-ilmu sosial, maka pemikir Islam abad XX, khususnya setelah Seminar Internasional Pendidikan Islam di Makkah pada tahun 1977, mengklasifikasikan ilmu menjadi dua katagori:

1.   Ilmu abadi (perennial knowledge) yang berdasarkan wahyu Ilahi yang tertera dalam Al-Quran dan Hadis serta segala yang dapat diambil dari keduanya.
2.   Ilmu yang dicari (acquired knowledge) termasuk sains kealaman dan terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif dan penggandaan, variasi terbatas dan pengalihan antar budaya selama tidak bertentangan dengan Syari'ah sebagai sumber nilai.

Dewasa ini diakui oleh ahli-ahli sejarah dan ahli-ahli filsafat sains bahwa sejumlah gejala yang dipilih untuk dikaji oleh komunitas ilmuwan sebenarnya ditentukan oleh pandangan terhadap realitas atau kebenaran yang telah diterima oleh komunitas tersebut. Dalam hal ini, satu-satunya yang menjadi tumpuan perhatian sains mutakhir adalah alam materi. Karena itu dapat dipahami mengapa Al-Quran di samping menganjurkan untuk mengadakan observasi dan eksperimen (QS 29:20), juga menganjurkan untuk menggunakan akal dan intuisi (antara lain, QS 16:78).

Pengertian Ulumul al-Qur’an
Kata ulum secara etimologi adalah jamak dari kata ‘ilmu. Menurut bahasa, kata ilmu adalah masdar yang maknanya sinonim dengan faham dan ma’rifat. Menurut sebagian pendapat, kata ilmu itu merupakan isim jinsi atau jenis yang berarti pengetahuan. Kemudian pengertian ilmu kini berkembang dalam berbagai istilah dan dipakai berbagai nama dari pengetahuan al-Qur’an.

Ada tiga (3) tokoh para ahli yang mendefinisikan kata ilmu sebagai berikut:
Para ahli filsafat/filosofi mendefinisikan kata ilmu sebagai suatu gambaran tentang sesuatu yang terdapat dalam akal atau hubungan jiwa dengan sesuatu setelah sesuatu itu tersingkap secara jelas.

Menurut para ahli teologi adalah mendefinisikan ilmu adalah suatu sifat yang dengan sifat itu orang mempunyainya akan menjadi jelaslah baginya suatu urusan.
Menurut al Imam al-Ghozali dalam kitab karangannya yakni: Ihya Ulumuddin, mendefinisikan ilmu, bahwa ilmu adalah syara’ yang artinya ma’rifat terhadap Allah, terhadap tanda-tanda kekuasaan-Nya, terhadap perbuatan-perbuatan pada hamba-hamba-Nya.

Arti Kata Qur’an
Menurut bahasa, kata al-Qur’an merupakan masdar yang maknanya sinonim dengan kata qira’ah (bacaan). Al-Quran dengan arti qira’ah ini sebagaimana dipakai dalam ayat 17-18 surat al Qiyam:

انَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْاَنَهُ ,فَاِذَا قَرَاْنَاهُ فَاْتَّبِعْ قُرْءَانَهُ   (القيامه: 18-17)
Artinya:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”.

Imam Suyuthi memperluas ilmu al-Qur’an bahkan beliau memasukan ilmu alam, ilmu ukur, ilmu kedokteran dan lain-lain dalam bahasa al-Qur’an. Sebagai sumber tertinggi ajaran islam, al-Qur’an sejak masa Nabi Muhammad Saw. Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, para sahabat dan kemudian para tabi’in terus berusaha memahami al-Qur’an. Hasilnya pada masa tabi’ut al-tabi’in, para ulama berhasil merumuskan beberapa ilmu keagamaan yang bersumber dari al-Qur’an, dan ilmu-ilmu tersebut semakin berkembang menjadi disiplin ilmu keagamaan islam yang berdiri sendiri seperti ilmu fikih dan ilmu kalam.

Ruang Lingkup Dan Pokok-Pokok Bahasan Ulumul Al-Qur’an
Dalam kitab al- Itqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul Qur’an terdiri dari 77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-Qur’an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung. Firman Allah :

قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً لِّكَلِمَـتِ رَبِّى لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَـتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَداً .

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Q.S. Al-Kahfi 109). Dari uraian diatas tersebut tergambar bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan membahas al-Qur’an.

Para ulama mufasir dari semua kalangan dan generasi-generasi yang tercakup dalam lingkup Uluumul Qur’an menafsirkan Qur’an selalu berpegang pada :
1)    Al-Qur’anul Karim
2)    Nabi S.A.W
3)   Para Sahabat
4)   Pemahaman dan Ijtihad

Pada masa kalangan sahabat, tidak ada sedikit pun tafsir / ilmu-ilmu tentang Qur’an yang dibukukan, sebab pembukuan baru dilakukan pada abad kedua hijriah.Masa pembukuan dimulai pada akhir dinasti Bani Umayah dan awal dinasti Abbasiyah.

Pokok Pembahasan
Secara garis besar Ilmu al Qur’an menurut Ash-Shidiqie memandang dari segala macam pembahasan ulumul Qur’an itu kembali kepada beberapa pokok pembahasan saja seperti

a) Nuzul. Ayat-ayat yang menunjukan tempat dan waktu turunya ayat Al-Qur’an misalnya : makkiyah, madaniyah, hadhariah, safariyah, nahariyah, lailiyah, syita’iyah, shaifiyah, dan firasyiah.
b) Sanad. Sanad yang mutawattir, ahad, syadz, bentuk-bentuk qira’at nabi, para periwayat dan para penghapal Al-Qur’an Al-Qur’an, dan Cara Tahammul (penerimaan riwayat).
c) Ada’ al-Qira’ah. Menyangkut waqof, ibtida’, imalah, madd, takhfif hamzah, idghom.
d) Pembahasan yang menyangkut lafadz Al-Qur’an, yaitu tentang gharib, mu,rab, majaz, musytarak, muradif, isti’arah, dan tasybih.
e) Pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum, yaitu ayat yang bermakna Amm dan tetap dalam keumumanya, Amm yang dimaksudkan khusus, Amm yang dikhususkan oleh sunnah, nash, dhahir, mujmal, mufashal, manthuq, mafhum, mutlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh mansukh, muqaddam, mu’akhar, ma’mul pada waktu tertentu, dan ma’mul oleh seorang saja.
f) Pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafadz, yaitu fashl, washl, ijaz, ithnab, musawah, dan qashr.

Kamis, 28 Juni 2012

Puisi & Sya'ir _ Jalaludin ar_Rummi

Jalaludin Rumi nama lengkapnya Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri adalah sang pujangga dari tanah Persia. Selain penyair dia juga tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya dia lahir pada 30 September 1207 Masehi di Balkh sebuah kota kecil di kota Khurasan, Afghanistan dan meninggal pada 17 Desember 1273 Masehi di Konya (Turki).

Jalaluddin Rumi, ia mengekspresikannya tulisannya dalam bahasa cinta yang syarat makna. Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik. Dalam puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai.
Dibawah ini kumpulan puisi dan syair Jalaludin Rumi tentang CINTA :

KERANA CINTA
Kerana cinta duri menjadi mawar
kerana cinta cuka menjelma anggur segar
Kerana cinta keuntungan menjadi mahkota penawar
Kerana cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Kerana cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Kerana cinta tompokan debu kelihatan seperti taman
Kerana cinta api yang berkobar-kobar
Jadi cahaya yang menyenangkan
Kerana cinta syaitan berubah menjadi bidadari
Kerana cinta batu yang keras
menjadi lembut bagaikan mentega
Kerana cinta duka menjadi riang gembira
Kerana cinta hantu berubah menjadi malaikat
Kerana cinta singa tak menakutkan seperti tikus
Kerana cinta sakit jadi sihat
Kerana cinta amarah berubah
menjadi keramah-ramahan

KEARIFAN CINTA
CINTA yang dibangkitkan
oleh khayalan yang salah dan tidak pada tempatnya bisa saja menghantarkannya pada keadaan ekstasi. Namun kenikmatan itu, jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang
CINTA
“Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan,
Saya mencintainya dan Saya mengaguminya,
Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya.
Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya,
Kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai,
Dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.
Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta
yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan
dia dan mereka adalah dia.Ini adalah sebuah rahasia
Jika kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.

CINTA : LAUTAN TAK BERTEPI
Cinta adalah lautan tak bertepi
langit hanyalah serpihan buih belaka.
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta
Andai tak ada Cinta, Dunia akan membeku.
Bila bukan karena Cinta,
Bagaimana sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Bagaimana tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana ruh (hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (Ruh) yang menghamili Maryam?
Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju
Tidak dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang.
Setiap atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna
Dan naik ke atas laksana tunas.
Cita-cita mereka yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah
lagu pujian Keagungan pada Tuhan.

PERIH CINTA
Perih Cinta inilah yang membuka tabir hasrat pencinta:
Tiada penyakit yang dapat menyamai dukacita hati ini.
Cinta adalah sebuah penyakit karena berpisah, isyarat
Dan astrolabium rahasia-rahasia Ilahi.
Apakah dari jamur langit ataupun jamur bumi,
Cintalah yang membimbing kita ke Sana pada akhirnya.
Akal ’kan sia-sia bahkan menggelepar ’tuk menerangkan Cinta,
Bagai keledai dalam lumpur: Cinta adalah sang penerang Cinta itu sendiri.
Bukankah matahari yang menyatakan dirinya matahari?
Perhatikanlah ia! Seluruh bukit yang kau cari ada di sana.

PERNYATAAN CINTA
Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata,
Kusimpan kasih-Mu dalam dada.
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu,
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku diam tenang bagai ikan,
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan
Kau yang telah menutup rapat bibirku,
Tariklah misaiku ke dekat-Mu.
Apakah maksud-Mu?
Mana kutahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu,
Bagai unta memahah biak makanannya,
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa.
Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara,
Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah,
Aku menanti tanda musim semi.
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.

TANPA CINTA, SEGALANYA TAK BERNILAI
Jika engkau bukan seorang pencinta,
maka jangan pandang hidupmu adalah hidup
Sebab tanpa Cinta, segala perbuatan tidak akan
dihitung Pada Hari Perhitungan nanti
Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta,
akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya.
Burung-burung Kesedaran telah turun dari langit
dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga hari
Mereka merupakan bintang-bintang di langit
agama yang dikirim dari langit ke bumi
Demikian pentingnya Penyatuan dengan Allah
dan betapa menderitanya Keterpisahan denganNya.
Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting
dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan
Lihatlah pepohonan ini ! Semuanya gembira
bagaikan sekumpulan kebahagiaan
Tetapi wahai bunga ungu, mengapakah engkau larut dalam kepedihan ?
Sang lili berbisik pada kuncup : “Matamu yang menguncup akan segera mekar.
Sebab engkau telah merasakan bagaimana Nikmatnya Kebaikan.”
Di manapun, jalan untuk mencapai Kesucian Hati
adalah melalui Kerendahan Hati.
Hingga dia akan sampai pada jawaban “YA” dalam pertanyaan :
“Bukankah Aku ini Rabbmu ?”

Selain itu Rumi juga menuliskan syair-syair indah lainnya.
PUASA MEMBAKAR HIJAB
Rasa manis yang tersembunyi,
Ditemukan di dalam perut yang kosong ini!
Ketika perut kecapi telah terisi,
ia tidak dapat berdendang,
Baik dengan nada rendah ataupun tinggi.
Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa,
Api mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu.
Melalui api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab.
Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam hasratmu
.
DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN
Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji.
Dia tidak di Salib.
Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.
Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.
Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah,
dan ke Kandahar Aku memandang.
Dia tidak di dataran tinggi
maupun dataran rendah. Dengan tegas,
aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan).
Di sana cuma ada tempat tinggal
(legenda) burung Anqa.
Aku pergi ke Ka’bah di Mekkah.
Dia tidak ada di sana.
Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf
Dia ada di luar jangkauan Avicenna …
Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.
Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya.
Dia tidak di tempat lain.
DISEBABKAN RIDHO-NYA
Jika saja bukan karena keridhaan-Mu,
Apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini
dengan Cinta-Mu?
LETAK KEBENARAN
Kebenaran sepenuhnya bersemayam di dalam hakekat,
Tapi orang dungu mencarinya di dalam kenampakan.
KAU DAN AKU
Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung,
Kau dan Aku;
Dalam dua bentuk dan dua wajah — dengan satu jiwa,
Kau dan Aku.
Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian
Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku.
Bintang-bintang Surga keluar memandang kita –
Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku.
Kau dan Aku, dengan tiada ‘Kau’ atau ‘Aku’,
akan menjadi satu melalui rasa kita;
Bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku.
Burung nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita –
Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku.
Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini …
Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan –
Kau dan Aku.

RAHASIA YANG TAK TERUNGKAP
Apapun yang kau dengar dan katakan (tentang Cinta),
Itu semua hanyalah kulit.
Sebab, inti dari Cinta adalah sebuah
rahasia yang tak terungkapkan.

PERNYATAAN CINTA
Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata,
Kusimpan kasih-Mu dalam dada.
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu,
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku diam tenang bagai ikan,
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan
Kau yang telah menutup rapat bibirku,
Tariklah misaiku ke dekat-Mu.
Apakah maksud-Mu?
Mana kutahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu,
Bagai unta memahah biak makanannya,
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa.
Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara,
Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah,
Aku menanti tanda musim semi.
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.

HATI BERSIH MELIHAT TUHAN
Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat
dalam persemayaman hatinya.
Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah
ia menggosok hati tersebut.
Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap,
maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat
semakin nyata baginya.

KEMBALI PADA TUHAN
Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya!Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
kerana Tuhan, dengan rahmatNya
akan tetap menerima mata wang palsumu!Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.Begitulah caranya!Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayuhlah datang, dan datanglah lagi!Kerana Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepadaKu, kerana Akulah jalan itu.”

KESUCIAN HATI
Di manapun, jalan untuk mencapai kesucian hati
ialah melalui kerendahan hati.
Maka dia akan sampai pada jawaban “Ya” dalam pertanyaan
Bukankah Aku Tuhanmu?
MENYATU DALAM CINTA
Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi.Para tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan menurun.”Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.”Para tabib pun bingung, “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri. Tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”“Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun.“Lalu, apa yang kau takuti?”“Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”“Menyakiti Layla? Mana bisa? Yangn dibedah badanmu.”“Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku. Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan antara aku dan Layla.”

MEMAHAMI MAKNA
Seperti bentuk dalam sebuah cermin, kuikuti Wajah itu.
Tuhan menampakkan dan menyembunyikan sifat-sifat-Nya.
Tatkala Tuhan tertawa, maka akupun tertawa.
Dan manakala Tuhan gelisah, maka gelisahlah aku.
Maka katakana tentang Diri-Mu, ya Tuhan.
Agar segala makna terpahami, sebab mutiara-mutiara
makna yang telah aku rentangkan di atas kalung pembicaraan
berasal dari Lautan-Mu.

TUHAN HADIR DALAM TIAP GERAK
Tuhan berada dimana-mana.
Ia juga hadir dalam tiap gerak.
Namun Tuhan tidak bisa ditunjuk dengan ini dan itu.
Sebab wajah-Nya terpantul dalam keseluruhan ruang.
Walaupun sebenarnya Tuhan itu mengatasi ruang.

AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU
Apa yang dapat aku lakukan, wahai umat Muslim?
Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut.
Bukan dari Sumber Alam,        
Bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
surga atau neraka;
Bukan dari Adam, Hawa,
taman Surgawi atau Firdaus;
Tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.
Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku …
LIHATLAH YANG TERDALAM
Jangan kau seperti iblis,
Hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam.
Lihatlah di balik lumpur,
Beratus-ratus ribu taman yang indah!
KETERASINGAN DI DUNIA
Mengapa hati begitu terasing dalam dua dunia?
Itu disebabkan Tuhan Yang Tanpa Ruang,
Kita lemparkan menjadi terbatasi ruang.
RUMAH
Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah,
dan hanya sembilan yang menemukan jalan masuk,
yang kesepuluh mestinya tidak mengatakan, “Ini sudah takdir Tuhan.”
Ia seharusnya mencari tahu apa kekurangannya.

DEBU DI ATAS CERMIN
Hidup/jiwa seperti cermin bening; tubuh adalah debu di atasnya.
Kecantikan kita tidak terasa, karena kita berada di bawah debu.
UPAYA
Ikat dua burung bersama.
Mereka tidak akan dapat terbang,
kendati mereka tahu memiliki empat sayap.
BURUNG HANTU
Hanya burung bersuara merdu yang dikurung.
Burung hantu tidak dimasukkan sangkar
DUA ALANG-ALANG
Dua alang-alang minum dari satu sungai.
Satunya palsu, lainnya tebu.
KERJA
Kerja bukan seperti yang dipikirkan orang.
Bukan sekadar sesuatu yang
jika sedang berlangsung, kau
dapat melihatnya dari luar.
Seberapa lama kita, di Bumi-dunia,
seperti anak-anak
Memenuhi lintasan kita dengan debu dan batu dan serpihan-serpihan?
Mari kita tinggalkan dunia
dan terbang ke surga,
Mari kita tinggalkan kekanak-kanakan
dan menuju ke kelompok Manusia.

BURUNG HANTU dan ELANG RAJA
Seekor elang kerajaan hinggap di dinding reruntuhan yang dihuni burung hantu.
Burung-burung hantu menakutkannya, si elang berkata, “Bagi kalian tempat ini
mungkin tampak makmur, tetapi tempatku ada di pergelangan tangan raja.”
Beberapa burung hantu berteriak kepada temannya, “Jangan percaya kepadanya!
Ia menggunakan tipu muslihat untuk mencuri rumah kita.”

By : Jalaluddin Rumi