Waduk Malahayu Brebes

Waduk Malahayu terletak di Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes,Jawa Tengah; ± 6 km dari Banjarharjo atau 17 km dari Tanjung. Luas kawasan ini sekitar 944 hektare dan dibangun pada tahun 1930 oleh Kolonial Belanda.

Waduk Penjalin Brebes

Waduk Penjalin adalah sebuah bendungan yang dibangun tahun 1930 semasa penjajahan Belanda bersamaan dengan Waduk Malahayu di Brebes Bagian Utara.

Perkebunan Teh Kaligua

Perkebunan teh Kaligua merupakan kawasan wisata agro dataran tinggi yang terletak Kaligua di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Brebes bagian Selatan.

Masjid Agung Kota Brebes

Masjid Agung Brebes merupakan salah satu bangunan masjid tertua di wilayah pantura Kabupaten Brebes yang didirikan tahun 1836 masa pemerintahan Bupati Raden Adipati Ariya Singasari Panatayuda I (Kyai Sura) yang bangunan aslinya berarsitek jawa kuno, dengan kubah berbentuk limas.

Bung Karno

Berteriak adalah “hobi” Sukarno. Ia berteriak untuk memberi semangat rakyatnya. Ia berteriak juga untuk mengganyang musuh-musuh negara. Jika konteksnya adalah membakar semangat rakyat, maka Bung Karno adalah seorang orator ulung.

Jumat, 06 Juli 2012

Mengenal Lebih Dekat Tarekat Jalaluddin Rummi

Pendahuluan
Tarekat yang secara harfiah berarti jalan kecil, memiliki dua pengertian yang berbeda, yang pertama tarekat dimengerti sebagai perjalanan spiritual menuju Tuhan dalam konteks ini kita berbicara tentang maqamat, yang kedua tarekat dipahami sebagai “persaudaraan” atau ordo spiritual, yang biasanya merupakan perkumulan spiritual yang dipimpin oleh seorang guru (mursyd) dan para khalifahnya. Dalam pengertian inilah yang dimaksud tarekat Maulawiyah.

Nama Mawlawiyah berasal dari kata “Mawlana” (guru kami) yaitu gelar yang diberikan oleh murid-muridnya kepada Muhammad Jalal al-Din Rumi, seorang sufi penyair terbesar sepanjang masa. Tarekat ini didirikan 15 tahun sebelum wafatnya. Walaupun tarekat ini tidak terlalu besardibanding dengan tarekat Naqsyabandi tetapi tarekat ini masih tetap hidup hingga sekarang.[1]

Riwayat Hidup Jalaluddin Rumi (1207 M-1273 M)
Jalauddin Rumi lahir di Balkh (Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm, keturunan Ali bin Abi Thalib. Ayahnya seorang dai terkenal, ahli Fiqh, serta seorang sufi.

Sekitar tahun 616 H/ 1219 M, Bangsa Mongol hampir memasuki Balkh, rumi dan keluarganya diam-diam pergi untuk beribadah haji namun tidak untuk kembali, setelah menjalankan ibadah haji Baha Walad menuju Asia kecil (Konya/ Turki), di sini Rumi yang berusia 18 tahun menikah dengan Jawhar Khatun, putrid Lala Syarif al-Din.[2] Keluarga Rumi diterima dengan baik oleh penguasa Saljuk dan ayahnya  dijadikan guru spiritualnya bahkan sang penguasa memberi gelar kehormatan sebagai “Sultan Al-Ulama”. Pada tahun 1230 Baha’ al-Din Walad meninggal dunia.

Setelah kematian ayahnya Rumi yang berusia 20 tahun menggantikan posisi ayahnya sebagai sebagai penasihat para ulama Konya dan murid-murid ayahnya. Kurang lebih satu tahun sepeninggalan ayahnya salah satu murid Baha al-Din Walad, Burhan al-Din Muhaqqiq dari Tirmidz tiba di Konya dan memberikan pendidikan lanjutan untuknya, sehingga Rumi melanjutkan pendidikannya di Aleppo . dari Aleppo Rumi pindah ke Damaskus dan tinggal di Madrasah Maqdisiyah dan dapat bercaka-cakap dengan tokoh besar.

Pada tahun 1236 Rumi kembali ke Konya dan menyibukkan dirinya dengan menunttut ilmu dan memberikan bimbingan spiritual sampai gurunya Burhan al-Din Walad meninggsl dunia, Rumi terus mengajar di Madrasa-I Khudavandgar, di mana ia menarik murid-murid yang penuh rasa ingin tahu dari tiap penjuru kehadapannya.[3]

Selama bertahun-tahun Rumi menikmati popularitasnya yang tinggi dan menempati posisi yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin dan sarjan Islam di Konya sampai pada saat perjumpaan dengan Syams al-Din Tabrizi pada tahun 1244.[4] perjumpaan ini ternyata telah mengubah hidup Rumni dari seorang teolog terkemuka menjadi seorang penyair mistik yang sangat terkemuka.

Hasratku pada Sang Kekasih telah membawaku terbang  melintasi
samudera ilmu dan keluasan al-Qur’an. Aku menjadi gila.

Kutelusuri bentangan sajadah dan masjid dengan segenap hasrat
dan kekhusyukan. Kukenakan pakaian pertapa untuk memperkaya kebajikan.

Cinta menghampiriku, dan berkata ”Wahai sang Guru, lepaskan dirimu!
Mengapa kau terp[aut pada sajadah? Tidakkah kau ingin hatimmu
bergetar di hadapan-Ku! Tidakkah kau ingin melampaui pengetahuan
dengan penglihatan? Maka tundukan kepalamu.

Jika kau seorang pecundang, berikan keadilan itu kepada para pengacau.
Jika kau seorang yang baik hati lagi jujur, mengapa kau sembunyikan
dirimu di balik topeng? (D 26494-08).[5]

Begitu kuat pesona kepribadian Syams sehingga Rumi memillih untuk meninggalkan kegiatan-kegiatannya sebagai guru dan da’I profesional untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Syams dan menjadi muridnya. Hubungan erat diantara keduanya ini telah menimbulkan kecemburuan antara murid-murid seiritual Rumi, sehingga memaksa Syams untuk meninggalkan Rumi yang tinggal 16 bulan menuju Damaskus. Perpisahan ini begitu menyakitkan untuk Rumi sehingga memaksa kembali Syams agar kembali kepadanya, akhirnya Syams pun kembali dan melanjutkan spiritualnya dengan Rumi, dan akibatnya apa yang telah terjadi sebelumnya terulang lagi kecemburuan antara murid-murid Rumi terhadap Syams yang menyebabkan Syams harus pergi kembali dan tidak dapat ditemukan lagi, Rumi telah mencoba mencarinya ke Damaskus namun tidak jua ditemukan akhirnya Rumi kembali ke Konya dan mendirikan tarekatnya sendiri yakni tarekat Mawlawiyah dan kembali kepada  murid-muridnya. Hingga 15 tahun setelah itu kondisi kesehatan Rumi menurun dan akhirnya wafat pada tanggal 16 Desember 1273 di Kota Konya.[6]

Karya-karya Jalaluddin Rumi
Karya-karya utama Rumi adalah Diwan-i Syams-i Tabrizi yang memuat lebih dari 40.000 syair dan Matsnawi, sekitar 25.000 syair di samping kumpulan-kumpulan hikmah dan surat-suratnya.

Diwan (Kumpula syair) terdiri dari kurang lebih 3.230 ghazal, yang jumlah keseluruhannya mencapai 35.000 syair, 44 ta’rifat, sebeuah bentuk puisi yang terdiri dari dua atau lebih ghazal, yang seluruhnya berjumlah 1.700 syair dan Ruba’iyyat (sajak-sajak yang terdiri dari empat baris).. Diwan lebih mencakup keseluruhan syair Rumi di banding Matsnawi, yang disusun dalam rentang waktu sejak kedatangan Syams di Konya hingga menjelang akhir hayat Rumi.

Tidak seperti syair-syair yang panjang-panjang dari para sufi sebelumnya, Matsnawi merupakan kumpulan dari serakan anekdot-anekdot serta kisah-kisah dari berbagai sumber, baik dari al-Qur’an atau pun cerita humor sehari-hari. Masing-masing kisah memiliki  muatannya sendiri-sendiri, yang mengilustrasikan titik persoalan-persoalan tertentu. Persoalan moral biasanya diilustrasikan secara lebih detil, namun yang lebih utama dari anekdotyang diilustrasikan lebih berkaitan dengan keseluruhan ajaran Islam, dengan menekankan pada dimensi rohani atau interpretasi Sufistik.

Sebagian besar syair Rumi dalm Diwan mempresentasikan pengalaman-pengalaman atau maqam-maqam spiritual tertentu, seperti persatuan dengan Tuhan atau pun perpisahan dengan-Nya. Semua itu dilukiskannya secara selaras melalui symbol-simbol dan perumpamaan-perumpamaan. Meskipun tiap halaman Diwan mengandung muatan ajaran, tetapi sebenarnya ia merupakan pengkristalan kumpulan pengalaman pribadi Rumi dalam menapaki jalan menuju Tuhan.

Sebaliknya, Matsnawi mempresentasikan rasa spiritual yang tenang dalam memaparkan berbagai dimensi kehidupan dan latihan-latihan rohani. Ia pun mampu mengantarkan orang untuk duduk dan merenung tentang makna kehidupan.
                       
Ketika al-Qur’an diwahyukan, orang-orang kafir saling
Mencibir.
Mereka berkata: “ia hanyalah cerita dusta dan dongeng rekaan semata. Tanpa
penyelidikan tanpa penelitian.
Anak kecil tahu itu, tiada lain hanyalah sebuah pernyataan tentang
penerimaan atau penolakan.” (M 4237-39)

Degan kata lain, “boleh saja kalian tidak mau menerima apa yang aku katakana, tetapi hendaknya kalian tahu bahwa kata-kataku seperti kata-kata Tuhan: membawa pesan keselamatan bagi seluruh umat manusia.”

Dalam sebagian besar tulisan Rumi, secara jelas ditunjukan bahwa dia tidak semata-mata hendak memberikan penjelasan, tetapi arahan. Syair-syair yang ia gubah, khotbah-khotbah yang ia sampaikan, tidak sekedar untuk memberikan pemahaman berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam, tidak juga bermaksud menjelaskan apa itu sufisme, tetapi sesungguhnya ia ingin menggugah kesadaran manusia bahwa sebagai makhluk, manusia telah terikat olehkodrat keterciptaannya untuk selalu mengarahkan seluruh hidupnya pada Tuhandan sepenuhnya hanya menghambakan diri pada-Nya.[7]

Pokok ajaran Jalaluddin Rumi
Aaran-ajaran Rumi dapat di rangkum ke dalam trilogy metafisik, yaitu Tuhan, Alam, dan Manusia.

Ajaran Rumi tentang Tuhan
Bahwa Tuhan adalah “Yang Awal, Yang Akhir, Yang Lahir, Yang Batin. Tuhan Yang Awal bagi Rumi berarti bahwa Ia adalah sumber yang dari-Nya segala sesuatu berasal.

Nasib manusia diibaratkan sebuah seruling yang talah terpisahkan jauh dari induknya, tak heran kalau suara seruling yang dalam tarekat Mawlawi merupakan salah satu alat musik yang penting dalam sama’ mereka. Tuhan sebagai Yang Akhir diartikan sebagai tempat kembali segala yang ada di dunia ini.

Tuhan sebagai Yang Lahir, bagi Rumi alam fisik ini adalah Tuhan dalam penyamaran. Ia adalah fenomena memberi isyarat pada realitas yang lebih dalam.dunia yang lahir adalah fenomena yang menyimpan “noumena” realitas yang sejati. Dengan demikian dunia lahir adalah petunjuk bagi adanya yang batin, bagi Rumi tak mungkin ada yang lahir tanpa ada yan batin, yang lahir merupakan jalan menuju realitas yang tersembunyi di dalamnya. Dengan demikian Tuhan sebagai yang batin, adalah realitas yang lebih mendasar, untuk memahaminya kita memerlukan mata lain yang lebih peka.

Tiada salahnya aku berbicara tentang Cinta dan menerangkannya,
tapi malu melingkupiku manakala aku sampai pada Cinta itu sendiri. (M1112)

Cinta tak terjangkau oleh kata-kata dan pendengaran kita:
Cinta adalah lautan yang terukur kedalamannya

Cobalah kau hitung berapa banyak air di sungai?

Di hadapan lautan itu, tujuh sungai tiada arti. (M V 2731-32)

Cinta tidak dapatv ditemukan melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan,
buku-buku dan tulisan-tulisan.

Apa pun yang dikatakan orang (tentang Cinta), bukanlah jalan
para pecinta. (D 4182)

Apa pun yank au dengar dan katakana (tentang Cinta), kulit semata:
inti Cinta adalah sebuah rahasia yang tak terungkapkan. (D 2988)

Cukup! Sampai kapan kau akan terpancing pada lidah dan kata-kata?
Cinta memiliki begitu banyak tamsilan yang berada di seberang
kata-kata. (D4355)

Diam! Diamlah! Karena apa yang dikatakan orang tentang Cinta
tak dapat diterima: Tersembunyilah makna-makna karena begitu
banyak kata. (D 12073)

Seorang bertanya, “Apakah Cinta?” Jawabku, “Bertanyalah
tentang makna-maknanya.

Manakala kau menjadi sepertiku, kau akan tahu. Ketika Dia memanggilmu,
kau akan membaca kisahnya”. (D 290-50-51)

Oh kau yang telah mendengar pembicaraan tentang Cinta, tataplah Cinta!
Apalah arti pendengaran telinga disbanding dengan penglihatan
mata? (D 24681)

Apakah Cinta? Dahaga yang sempurna. Maka, biarkan aku bicara
tentang Air kehidupan. (D 17361)[8]

Ajaran Rumi tentang Alam
Bagi Rumi alam bukan benda mati begitu saja, sekalipun alam itu mati tapi berkat sentuhan Tuhan, maka ia menjadi makhluk yang hidup, bergerak penuh energi kea rah Tuhan yang Maha Baik dan Sempurna. Dengan kekuatan cinta yang dimilikinya alam kemudian berkembang dari tingkat yang rendah seperti mineral, ke tingkat lebih tinggi, seperti tumbuhan, dan hewan hingga mencapai tingkat manusia, setelah mencapai tingkat manusia ia akan terus melakukan pencarian dan pengembangan lebih lanjut pada tingkat imajinal dari spiritual hingga tujuannya bersatu dengan Tuhan tercapai.

“Seperti suami langit berputar mencari nafkah, sedangkan bumi,sang isteri, menerima apa yang dinafkahkan langit.
Ketika bumi kekeringan, maka langit memberi hujan atau embun,
ketika bumi kedinginan, maka langit memberinya kehangatan.
Demikianlah, bumi pun melahirkan anak-anaknya erat menjaga dan memelihara apa yang dilahirkannya itu.
“Andai mereka tidak punya kecerdasan,
mengapa mereka bertingkah laku seperti orang-orang cerdas.
Andai mereka tidak menikmati hubungan mereka berdua,
bagaimana mereka melangkah seperti kekasih.[9]

Oleh karena itu prilakukanlah mereka sebagai makhluk hidup yang bernyawa, cintailah mereka, niscaya mereka pun akan membalas dengan memberikan yang terbaik pada diri mereka.[10]

Tentang Manusia
Rumi memandang manusia adalah tujuan akhir penciptaan, kalau ala mini diibaratkan dengan pohon, maka manusia adalah buahnya, untuk apa pohon ditanam kalau bukan mengharap buah. Hadis qudsi mengatakan “Kalau bukan karena engkau, takkan Ku ciptakan alam semesta ini.”[11]

Selain itu manusia juga menempati posisi yang tinggi sebagai wakil-Nya di muka bumi.rumi pernah bersenandung “Karena kebun mawar telah musnah, kemana kah kita mencari semerbak mawar? Pada air mawar.”[12]karena Tuhan yang transenden tidak bias dilihat, maka pada diri manusialah ( Nabi/ Khalifah) kita bias menemukan kehadiran dan perwakilan-Nya. Berkat Nabi, maka pewahyuan menjadi mungkin dan melalui pewahyuan hal-hal gaib menjadi tersingkap.[13]

Ciri Tarekat Mawlawiyah
Sama’ dalam bentuk tarian berputar meskipun telah banyak di mainkan oleh tareka sufi tetapi telah menjadi cirri khas dasar bagi tarekatnya. Tarian suci ini dimainkan oleh para Darwish (fuqara’) dalam pertemuan-pertemuan atau majlis sebagai dukungan eksternal terhadap upacara-upacara (ritual mereka). Talat Sait dan Metin And, seorang Profesor terkemuka di Universitas Ankara, menggambarkan tarian suci ini sebagai berikut.[14]

“Tarian ini di mulai dengan membungkukan badan yang dimulai oleh para Darwisy kepada pemimpinnya untuk mendapat restu darinya. Padsa mulanya tangan mereka bersilang dan ditempelkan ke dadadengan posisi tangan mengecengkram bahu, lalu tangan mereka mulai terangkat. Kaki-kaki mereka yang telanjang mulai merapat, pada tahap awal mereka bergerak sangat lambat, namun secara perlahan tangan mereka meninggalkan bahu dan berangsur-angsur tangan mereka merentang lurus dan membentuk posisi horizontal. Tangan kanan mereka lalu menengadah dengan telapak tangan ke atas sedang tangan kiri diturun ke bawah.

Posisi tersebut secara simbolik menggambarkan pengaruh dari langit yang diterima dengan telapak tangan terbuka dari atas, diteruskan ke bawah menuju dunia oleh tangan yang lain. Kadang kala satu tangan di buka dan tangan lain menekan ke dada. Para Darwisy berputar-putar dengan bertumpu secara bergantian pada tumit, sedangkan kaki yang lainmngupayakan untuk berputar.

Mata mereka tampak sayu atau tertutup dan kepala mereka sedikit condong pada salah saqtu pundak. Semakin mereka mempercepat putaran, rok putih mereka seperti paying yang terbuka. Tariam ini dipimpin oleh Sama’ Zembasi (pemimpin Sama’)ia yang memberikan aba-aba dan tidak mengikuti tarian, Nasr mengatakan bahwa tarian Mawlawi dimuali dengan nostalgia dengan Tuhan, lalu berkembang sedikit demi sedikit menjadi keterbukaan limpahan rahmat dari surga, dan akhirnya menghasilkan fana’ dan penyatuan kedalam diri Sang Kebenara.”

Tari Mawlawi menyimbolkan batu nisan, jubahnya adalah perti jenazah, dan bajunya adalah kain kafan, seruling bukan saja merepresentasikan terompet mitologisuntuk menghidupkan kembali orang mati padahari kebangkitan, tapi juga menyimbolkan jiwa uang terpisah dari Tuhan, dan bertemu setelah ia dikosongkan dari diri dan diisi oleh jiwa Ilahi.[15]

Penutup
Demikianlah uraian tentang Rumi dan Tarekat Mawlawiyah yang dapat kelompok kami sajikan yang bersumber dari berbagai buku. Semoga bermanfaat untuk kita semua, khususnya dalam pelajaran Tasawuf pasca Ibn Arabi, dan mendapatkan pencerahan terdahap jalan menuju Tuhan kita semua, amin.
Atas segala kekurangannya kami mohon maaf, dan semoga pemakalah dapat memperbaikinya dilain kesempatan.

Daftar Pustaka
Mulyati, MA. Dr. Hj. Sri, Mengenal & MemahamiTarekat-tarekat Muktabarah Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2011, Ed. 1, Cet. 4.
C. Chittick. William, Jalan Cinta Sang Sufi Ajaran-ajaran Spiritual Jalaluddin Rumi, Yogyakarta: Qalam, Ed. Baru, Cet. Ke-3.
Majeed S. Abdullah, penerjemah: Holid Anwar, Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal Tuhannya Aforisme-aforisme Sufistik Jalaluddin Rumi, Bandung: Pustaka Hidayah, 2001, Cet. Kedua.




[1] Mulyadhi Kartanegara, Tarekat Maulawiyah Tarekat Kelahiran Turki, hlm. 321.
[2] Afzal Iqbal, Life and Works of Muhammad Jalal-ud-Din Rumi (Lahore: Institute of Islamic Culture, 1974),h. 64.
[3] Menurut Sultan Walad, Rumi memiliki sekitar 10.000 pengikut pada waktu itu. Lihat Reza Arasteh, Rumi The Persian: Rebith in Creativity and Love (Lahore: Sh. Muhammad Ashraf, 1965), h. 28.
[4] Lihat Aflaki, Menaqib’l-Arfian, h. 20.
[5]William C. Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi,hlm. 4.
[6] Alfaki, Manaqib’I’ Arifin, h. 86.
[7] William C. Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi, h. 11.
[8] Ibid.
[9] Rumi, The Mathnawi, 1, h. 10.
[10] Mulyadhi Kartanegara, Tarekat Mawlawiyah Tarekat Kelahiran Turki, h. 329.
[11] Hadis qudsi: Lawlaka wa lawlaka ma Khalaqtul-a’yan kullaha.
[12] Rumi: The Mathnawi, I, h. 39.
[13] Mulyadhi Kartanegara, Tarekat Mawlawiyah Tarekat Kelahiran Turki, h. 330.
[14] Ibid.
[15] Nicholson, Rumi Poet and Mystic (New York: Samuel Weiser, 1974), h. 31.




www.Presentasi Pasca Ibn 'Arabi_uinjkt_4_by Suhaimi-Jaya.com

Rabu, 04 Juli 2012

Selayang Pandang al-Ghazali

Kebesaran Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali

Sulit didapat seorang ahli pikir yang telah meninggalkan pengaruh besar dan memberikan wajah baru dalam islam, seperti al-Ghazali. Ia sendiri hidup dalam masa, dimana jiwa keislaman yang sebenarnya sudah merosot sedemikian rupa, dan keimanan akan pokok kenabian dan hakikatnya, serta mengamalkan ajaran-ajarannya sudah mengalami kekendoran. Menurut penglihatan al-Ghazali, disebabkan karena orang-orang yang memasuki lapangan filsafat dan tasawuf, orang-orang yang mempertalikan dirinya dengan syi’ah Batini, dan ulama-ulama fiqh serta ilmu kalam yang hanya mengajarkan upacara-upacara lahiriah pada orang banyak.

Maka keperluan akan pembaharuan agama mendesak sekali yaitu yang dapat memberikan nilai-nilai rohaniah serta moral terhadap perbuatan-perbuatan lahir. Alam bukunya Tahafut al-Falasifah, ia telah menguji setiap pemikiran filsafat dan menunjukan kelemahannya. Meskipun memerangi filsafat, namun ia tetap seorang filosof yang kadang-kadang menjelaskan kepercayaan islam berdasarkan teori-teori Neo Platonisme. Ia juga mengikuti pikiran-pikiran al-Farabi dan Ibnu Sina tentang kejiwaan, sebagaimana ia tetap setia kepada logika Aristotele, dan selalu mengemukakan dalil-dalil Syara’, sampaipun dalam soal kepercayaan.

Al-Ghazali juga mengambil jalan tasawuf, tetapi membebaskan tasawuf dari setiap tindakan yang dapat menjauhkannya dari islam, seperti pikiran hulul (Tuhan bertempat pada manusia), ittihad (menunggalnya manusia denganTuhan), dan Wihdat al-Wujud (kesatuan wujud-wujud itu hanya satu, yaitu Tuhan). Al-Ghazali juga dengan jelas menentang pikiran tasawuf yang mengatakan bahwa seorang yang tasawuf apabila telah mencapai tingkatan ma’rifat, tidak lagi mengenal batas larangan dan sudah menjadi bebas dari ikatan-ikatan Syara’. Dan tujuan al-Ghazali dikalangan filosof-filosof adalah menghidupkan semangat baru bagi islam.

www.selayangpandang al-Ghazali.com

Konsepsi Falsafah

..Pengertian Dasar dan Tujuan Falsafah Pendidikan Islam..

Kata falsafah (filsafat) tampaknya sulit untuk di maknakan secara tepat. Makna yang tecakup dalam pengertiannya sampai sekarang telah di kembangkan berdasarkan sudut pandang mereka yang menafsirkannya.

Adapun kata falsafah itu sendiri menurut asal katanya adalah “cinta akan kebenaran “, yang di ambil dari kosa kata bahasa yunani philos (cinta) dan sophia ( kebenaran ).

Yang di maksud dengan “kebenaran” adalah kebenaran yang di dasarkan atas penilaian menurut nalar manusia. Karena “kebenaran” menurut plato dan Aristoteles adalah apabila “pernyataan yang di anggap benar itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya”.

Falsafah pandidkan islam terbentuk dari perkataan falsafah, pendidikan dan islam. Penambahan kata islam di akhir gabungan kata tersebut di maksudkan untuk membedakan falsafah pendidikan islam yang terkandung dalam filsafat pendidikan secara umum.
Dengan demikian falsafah pendidikan islam mempunyai pengertian khusus yang ada kaitannya dengan ajaran islam.

''Cinta Bukanlah Paksaan''



sebuah novel pribadi yang mnyebutkan
''cinta bukanlah paksaan''

arti cinta itu bagaikan bunga yang baru mekar, akan kelihatan indah dipandangnya, anggun kelihatannya, asyik memegangnya,,semua orang akan mengatakan ...oooowh memang indah rupanya bunga itu,,,,!!!

bunga akan dirasakan apabila tumbuh dan mengeluarkan bau2n yang harum,,akan terasa sejuk di hati,,,ktika di hirupnya,,,!!!

apa arti sebuah cinta,,bila paksaan datang tuk menjemputnya,,maka akan terjdi subur sementara, tapi hakikatnya layu,,tak semangat..!!!

ketika tumbuh benih-benih cinta dengan sendirinya maka akan merasakan harumnya cinta yang sesungguhnya,,,,dan mngatakan hanya kau dan aku di dunia ini yang paling sempurna....!!!

cinta memang butuh kesadaran bagi keduanya,,,butuh kasih sayang,,,butuh perhatian,,,dan butuh pengorbanan...!!!
cinta bisa di buat indah bila kita saling menjaga,,
cinta bisa membuat bisu bila kita membencinya,,
ternyata cinta, ternyata cinta,,,tinggal kita nya saja ,,mau di bawa kemana tuh cinta...!!

salammmm kejernihan kelopak bunga,,,yang mewangi...!

Menengok ke Brebes Berhias 2011

KABUPATEN BREBES


KELEBIHAN:
Brebes ku yang indah......Terkenal dengan makanan khas yaitu Telor asin ( Endog asin), tak kalah pula dengan hasil pertaniannya yg berupa bawang, cabe dll. Tak kalah pula dengan panorama khas pedesaan yang begitu indah dan sejuk, di iringi pepohonan dan persawahan yang terbentang luas dari ujung ke ujung....
Brebes sering kita dengar dengan sebutan Brebes Berhias dan Brebes mempunyai corak ragam bahasa, Sunda, Jawa dan Indonesia.

Sebagai pintu gerbang provinsi, sebenarnya Brebes berpeluang menjadi magnet pertumbuhan kota di jalur pantura di luar Semarang. Apalagi sebagian besar wilayahnya merupakan tanah yang subur, sebagaimana hikayat penamaan kabupaten ini. Konon nama Brebes berasal dari kata mbrebes, atau selalu keluar airnya. Di Brebes ini memang terdapat 101 mata air, tapi baru sedikit yang termanfaatkan untuk pengairan.
Seiring kemajuan perkembangan zaman, yang begitu dirasakan oleh sebagian atau bahkan seluruh daerah Brebes termasuk desa kami (desa dukuhtengah kec. Ketanggungan) yang mengharuskan sikap masyarakat selalu bekerja keras dan bahkan banyak yang menciptakan lapangan kerja sendiri seperti pembuatan kluwungan (semen yang di olah) yang menjadi kluwungan, paving, ubin, dll yang membutuhkan pekerja lumayan banyak, Pabrik krupuk yang begitu banyak, pengolahan barang mentah menjadi barang siap saji seperti pembuatan tempe, tahu, telor asin dll, yang juga membutuhkan pekerja yang banyak dan ekstra.

Disektor pertanian kebanyakan nanam padi, kacang ijo, kacang kulit, dan  Brambang. Begitu juga desa kami bisa dikategorikan desa yang sukses karena desa yang terluas se-kecamatan, dan mempunyai beberapa devisa terhadap desanya seperti: Stasiun KA, Pasar, dan juga Pasar Swalayan (mol), serta terdapat makam Waliyullah, sehingga di desa kami setiap hari minggu (jawa kliwon) makam dan pasar selalu di penuhi peziarah, pengunjung dari berbagai daerah. yang sehingga desa kami kebanyakan para pedagang karena jangkauan pasar yang dekat, dan sedikit yang merantau.
Banyak perubahan yang di timbulkan adanya Otonomi Daerah di Kabupaten Brebes:

     .        Jarang Banjir
 Pariwisata
Kebersihan (Brebes Berhias)
Ekspor Brambang
Daerah Tambang
Telor asin
Pabrik Gula
Perhutani mengembangkan progra Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat/Masyarakat (PHBM).
    Prestasi Brebes dalam menekan laju pertumbuhan penduduk ini
    direspons oleh pemerintah pusat. April lalu, Presiden Yudhoyono memberikan penghargaan di bidang KB kepada Indra Kusuma dan 11 bupati/wali kota lainnya di Indonesia di Istana Negara Jakarta. Jika program ini gagal, Brebes akan menjadi daerah pertama di Jateng yang jumlah penduduknya mencapai dua juta jiwa.

    KEKURANGAN:
    Brebes masih seperti dulu. Daerah ini tetap menjadi pintu gerbang Jawa Tengah pada sisi barat, berbatasan dengan dua daerah di Jabar: Cirebon dan Kuningan. Daerah ini juga belum beranjak dari sektor pertanian, karena investasi yang masuk di sektor perdagangan dan industri pengolahan tak sederas daerah tetangganya: Kota Tegal.
    Belum banyak perubahan fisik yang nyata, kendati Pemerintah Kabupaten (Pemkab) sudah berupaya maksimal dalam mengelola daerah dan berbagai potensinya.

    Pertama, di sektor SDM yang rendah, Kedua, Disektor pendidikan, kurangnya motivasi generasi muda untuk maju kedepan seperti banyaknya tamatan wajib belajar 12 tahun (SMA), yang hanya berdiri di tempat tanpa melakukan loncatan yang penting hingga membuat daerah kami tetap terbelakang.
    kedua, polusi udara, karena di pinggir Jalan Raya di buat jemuran Brambang Merah
    ketiga, kurangnya perhatian pemerintah terhadap Brambang Merah, karena masih banyak Brambang-brambang impor dari luar negeri seperti Filipina.
    keempat, Jalan Raya yang sering rusak.

    PROSPEK (MASA DEPAN):
    Cinta tanah air “Brebes” merupakan wujud bhakti kita sebagai warga kelahiran, dan akan berusaha semaksimal mungkin menciptakan kemakmuran dan keadilan pada pemerintahan daerah terkait sektor pertanian. Seandainya Negara Filipina tidak mengimpor Brambang, maka akan terjadi kemakmuran untuk Brebes di segi sumber daya manusianya. Dan mungkin akan ada pabrik Brambang terbesar di brebes dan bahkan se-Indonesia.

    Kami adalah kumpulan generasi Brebes yang bergerak dan berbakti untuk masyarakat Brebes tercinta pada khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya menuju masyarakat yang lebih baik dan berkualitas.

    KENDALA:
    Pemkab Brebes memang masih dihadapkan pada banyak kendala untuk
    membangun daerahnya. Pertama, wilayahnya amat luas (166.117 ha) -terluas kedua di Jawa Tengah setelah Cilacap- dengan topografi yang kontras antara daerah bagian utara, tengah, dan selatan. Kedua, jumlah penduduk yang banyak (1.753.071 jiwa), bahkan merupakan yang terbesar di provinsi ini.  Ketiga, tingkat pendidikan mayoritas warganya masih rendah. Sekitar 67,4 persen penduduk hanya lulusan SD, tidak lulus SD, bahkan belum pernah sekolah. Keempat, akibat dari ketiga faktor itu, angka kemiskinan di Brebes masih tinggi.

    Bahkan indeks pembangunan manusia (IPM)-nya hanya 61,6, atau paling rendah di Jateng. Sulitnya kebersamaan antara pihak PEMDA Brebes dan masyarakat dalam segala bidang, seperti sektor pariwisata yang begitu kurang diperhatikan, sehingga masih banyak tempat wisata yang terlantar (tidak ada pembenahan kembali). Penjualan obat pertanian dengan harga jual yang tinggi.

    www.PresentasiBrebesBerhias_smstr 01 lt 07_UIN JKT.com

    Tak Pernah Putus Berdo'a

    "Do'aku Untukmu wahai pujaAnKu"

    aku tak pernah jenuh tuk katakan
    "I lope Yuo"
    karena aku benar-banar menCintaimu.....
    aku tak pernah bosan katakan
    "jangan tinggalkan Aku"
    karena aku tahu,,,
    aku tak bisa hidup tanpamu...

    aku tak pernah merasa puas,,,ketika bersamamu...
    karena memang sesungguhnya ...
    aku ingin selalu denganmu...
    setiap detik waktu berlalu,,,aku tak pernah kehabisan rasa rindu,,,,

    karena sedetik waktu berlalu,,,
    tanpamu benar-benar terasa hampa,,,,

    dan.....
    dan…..

    aku tak pernah
    lelah berdo'A
    untukmu...
    agar kamulah yang selalu bersamaku..
    di
    Dunia dan akheratKu,,,,,!!!!

    di.keyakinanhati.com

    NISFU SYA'BAN

    (buku catatan amal kita dihaturkan kehadirat Allah ta'ala dan di ganti buku catatan baru). Parasepuh menganjurkan baca yasin 3x ba'da maghrib (setelah maghrib)
        1.      litulil umri,husnul khotimah, dzuriyatan thoyyibah
        2.      lidaf'il bala', liqodlo'il hawaaij, tausii'an lil'arzaaq
        3.      Istigna'an 'aninnaas, naf'an li jami'il uluum.

    Nisfu Sya’ban berasal dari kata Nisfu (bahasa Arab) yang berarti separuh atau pertengahan, Sya’ ban adalah nama bulan ke-8 dalam kalender Islam. Dengan demikian nisfu sya’ban berarti pertengahan bulan Sya’ban. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya. Setelah pembacaan Surat Yaasiin biasanya diteruskan dengan shalat Awwabin atau shalat tasbih. Setelah itu biasanya dilanjutkan dengan ceramah agama atau langsung makan-makan.

    Peringatan Nisfu Sya’ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Al-Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di Mesir bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini. Hal ini karena diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan.

    (Keutamaan malam nisfu Sya’ban diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali)

    Dari abu Hurairah ra berkata, berkata Rasulullah saw:
    "Jibril datang padaku dimalam nisfu sya'ban (malam 15 sya'ban) lalu berkata:
    "Wahai Muhammad, ini adalah malam dimana pintu langin dan pintu rahmat dibuka, maka berdirilah dan lakukanlah sholat dan angakat kepalamu dan kedua tanganmu ke langit",
    aku berkata: "Wahai Jibril, apakah malam ini?",

    Jibril berkata: "ini adalah malam yang dimana 300 pintu rahmat dibuka, Allah ta'ala mengampuni semua dosa orang yang tidak menyekutukannya, kecuali orang yang ahli sihir, ahli tebak, ahli mencela, ahli minum arak, ahli zina, ahli makan riba, ahli durhaka pada orang tua, ahli adu domba, atau memutus kekerabatan. Mereka tidak diampuni hingga mau bertaubat dan meninggalkan kebiasaannya", lalu Nabi saw keluar kemudian sholat, beliau menangis dalam sujudnya; "Ya Allah, sungguh aku minta perlindungan padamu dari siksa dan amarahMu, aku tak menghitung pujian padamu, engkau seperti apa yang telah tuan puji pada dzatMu, maka bagimu pujian hingga engkau meridlai".
    _______________________________

    Dari Yahya bin Mu'adz, sungguh dia berkata:
    "sungguh dalam sya'ban ada lima huruf yang tiap huruf merupakan pemberian untuk orang mukmin,

    • Syin: Syaraf dan syafaat (kemulyaan dan pertolongan).
    • Ain : Izzah dan karamah (derajat dan pangkat).
    • Ba' : Birr (kebaikan).
    • Alif: Ulfah (perhatian atau kelembutan).
    • Nun: Nur (cahaya yg terang)".
    Oleh sebabnya dikatakan: Rajab adalah untuk membersihkan raga, dan Sya'ban untuk membersihkan hati, dan Ramadlan untuk membersihkan jiwa. Barang siapa yang membersihkan raga dibulan rajab maka hatinya bersih dibulan sya'ban, dan barangsiapa yang hatinya bersih dibulan sya'ban maka jiwanya bersih di bulan ramadlan. Apabila raga tidak bersih dibulan rajab dan hatinya juga tidak bersih dibulan sya'ban, bagaimana mungkin jiwanya bersih dibulan ramadlan?
    (lihat kitab Durrotun Nasihin bab Syahri Sya'ban)

    Amalan para masyayih di nisfu sya'ban setelah sholat maghrib adalah membaca surat yasin 3X, bacaan yang:
    1.Niat agar diberi umur panjang oleh Allah swt dan tidak sakit-sakitan.
    2.Niat agar diberi rizki oleh Allah yang halal, lancar, berkah dan bisa turah buat shadaqah dan ziarah ke mekah dan madinah.
    3.Niat agar diberi ketetapan iman dan islam oleh Allah swt hingga ajal menjemput dan dihindarkan dari su'ul khatimah.

    Kemudian dimalam harinya diupayakan memperbanyak dzikir, sholawat atau yang lainnya dan berusaha menghidupkan malam dg amalan yang baik. Allah wa rasuluh a'lam.