Sabtu, 10 November 2012

Filsafat Agama dan Tuhan


Ketika seseorang mulai menyadari eksistensi dirinya, maka timbullah tanda Tanya dalam hatinya sendiri tentang banyak hal. Dalam lubuk hati yang dalam memancar kecenderungan untuk tahu berbagai rahasia yang merupakan suatu misteri yang terselubung. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain, dari mana saya ini, mengapa saya tiba-tiba ada, hendak kemana saya dan lain-lain bisikan kalbu.

Dari arus pertanyaan yang mengalir dari bisikan hati itu, terdapat suatu cetusan yang mempertanyakan tentang penguasa tertinggi alam raya ini yang harus terjawab. Pada tahap ini, bukan saja naluri yang bergolak, tetapi otak dan logika mulai main untuk membentuk pengertian dan mengambil kesimpulan tentang adanya Tuhan. demikianlah fitrah manusia bergolak mencari dan merindukan Tuhan, mulai dari bentuk yang dangkal dan bersahaja berupa perasaan sampai ke tingkat yang lebih tinggi berupa penggunaan akal (filsafat).[1]

Manusia: Agama dan Tuhan
Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri.[2] Al-Quran surat Al-Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu dicipta Tuhan dari segumpal darah, QS.Al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah, QS. Al-Rahman ayat 13 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia. Masih banyak sekali ayat al-Quran yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan. Jadi, manusia adalah mahluk ciptaan Allah.

Pengetahuan kita tentang asal kejadian manusia ini amat penting artinya dalam merumuskan tujuan pendidikan bagi manusia. Asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam menetapkan pandangan hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang mahluk manusia cukup menggambarkan hakikat manusia. Manusia adalah mahluk (ciptaan) Tuhan, jadi inilah salah satu hakikat wujud manusia.

Hakikat wujudnya yang lain ialah bahwa manusia adalah mahluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Salah satu sabda Rasulullah SAW mengatakan :

“Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”

Menurut hadits ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan, kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadits itu ialah potensi. Jadi fitrah yang di maksud di sini ialah pembawaan. Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan dan lingkungan, adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya, manusia itu cenderung beragama, inilah hakikat wujud yang lain.

Manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh banyaknya potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan itu dapat dibagi dua, yaitu kecenderungan menjadi orang yang yang baik dan kecenderungan menjadi orang yang jahat. Kecenderungan beragama termasuk ke dalam kecenderungan menjadi baik.

Al-Quran menjelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspek jasmani, sebagaimana tercantum dalam QS.Al-Qashash : 77

“Dan carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu dan kamu tidak boleh melupakan urusan dunia…” (Q.S: al-Qashash: 77)

Yang dimaksud dengan “dunia” dalam ayat ini ialah hal-hal yang diperlukan oleh jasmani. Al-Syaibani juga mengutip tiga buah hadits dari nabi Muhammad SAW yang menerangkan pentingnya menjaga jasmani. Uraian di atas menunjukkan bahwa manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani.

Karl Marx merupakan Tokoh sentral dalam sosiologi, walaupun terdapat berbagai tokoh besar sosiologi yang berjasa membangun ilmu sosiologi sebagai pengetahuan, namun jika dilihat dari perkembangan sosiologi banyak mengadopsi dan merupakan hasil dari kritisi terhadap Marx. Karl Marx sendiri tidak mengakui dia adalah seorang sosiolog, tetapi secara fundamental Marx telah melahirkan konsep sosiologi yang masih relevan dengan semakin berubahnya zaman, seperti konsep Alineasi, dialektika, Materialisme historis, Konsep kelas dan sebagaainnya. Konsep sosial Marx bukan hanya menjadi imajinasi semata tetapi telah dibuktikan dan diadopsi oleh berbagai negara didunia, di Uni Soviet Marx dianggap sebagai “Nabi Kemanusian” yang mengajarkan kepada manusia arti sebuah kehidupan dan keadilan. Konsep sosial Marx menghasilkan Negara Uni Soviet yang dibentuk melalui pemikiran-pemikiran Marx yang diinterpretasikan oleh Lenin dan Stalin. Bahkan terbentuknya negara Iran sebagai negara islam yang berdiri kokoh tidak lepas dari pemikiran Karl Marx yang diadopsi oleh para intelektual Iran, kususnya oleh bapak pembaharu dan intelektual Iran Ali Syariati yang mendialektikakan antara islam dan komunisme, yang menjadi puncaknya adalah tumbangnya rezim Iran yang dipimpin oleh rezim Pahlevi.

Agama dalam sosiologi merupakan suatu kajian yang sangat penting dalam sosiologi, bahkan para pendahulu sosiologi baik itu August Comte, Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, selalu membahas agama dalam konsep sosiologinya. Disini akan dibahas konsepsi agama menurut Marx, adapun Konsepsi agama menurut Durkheim dan Weber akan dijelaskan dalam pembahasan yang selanjutnya. Marx adalah tokoh yang hidup dimasa 3 revolusi sehingga Marx mengalami sendiri realitas masyarakat diera tersebut, sehingga pembacaan terhadap agamapun secara konteks sangat dipengaruhi oleh sosialkultural masyarakat eropa diabad pertengahan.

Marx menkonsepsikan kehidupan dalam suatu basis materialisme yang universal yang menjadi penggerak sejarah, yaitu struktur basis yang merupakan penggerak utama struktur supra. Struktur basis adalah ekonomi yang mencangkup seluruh proses ekonomi baik produksi, konsumsi, persaingan ekonomi, dan sebagainya. Sedangkan struktur supra terdiri dari berbagai sektor misalnya politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya, struktur supra ini merupakan representasi (gambaran) dari struktur basis.

Ekonomi adalah pondasi dasar sejarah kehidupan manusia, karena ekonomi merupakan induk dari segala sub struktur kehidupan yang melahirkan berbagai basis supra. Jika kita menelaah dari perspektif ibnu Khaldun dalam bukunya al-Muqaddimah maka akan kita temukan alur pemikiran Ibnu Khaldun yang senada dengan Karl Marx, walaupun secara esensinya personalisasinya berbeda. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa “ Kodrat manusia tidak cukup hanya memperoleh makanan. Sekalipun makanan itu ditekan sedikit-dikitnya sekedar cukup untuk makan sehari-hari saja, misalnya sedikit gandum, namun diperlukan usaha yang banyak juga. Misalnya menggiling, meramas, memasak. Masing-masing pekerjaan membutuhkan sejumlah alat, dan hal inipun menuntut pekerjaan tangan yang lebih banyak lagi dari yang telah disebutkan diatas”.[3] Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya kecuali dengan bergotong royong dengan menggabungkan dengan beberapa ahli.

Dari pernyataan tadi dapat kita simpulkan bahwa penggerak sejarah manusia adalah konsumsi kemudian dengan konsumsi tersebut melahirkan segala bentuk sub struktur baik itu organisasi politik, prosuksi, sosial kemasyarakatan dan sebagainya. Dengan konsumsi tadi manusia bekerja sesuai dengan keahliannya dalam masyarakat dimana inilah yang membentuk spesifikasi keahlian, dari konsumsi melahirkan produksi, pabrik, organisasi politik, sosial, kebudayaan dan sebagainya. Yang membedakan pembacaan Ibnu Khaldun dan Marx adalah wujud personalisasinya jika menurut Ibnu Khaldun manusia memperoleh kodrat tersebut dari Tuhan maka Marx mengatakan bahwa hal tersebut merupakan hakikat dari manusia itu sendiri.

Struktur basis dalam konteks Marx adalah bangunan dasar atau pondasi pokok dalam sejarah atau kehidupan manusia, dimana struktur basis ini adalah yang melahirkan struktur supra. Agama, politik, budaya dan sebagainya dilahirkan dari ekonomi, asumsi dasar Marx adalah ketika manusia menjauh dari Ekonomi atau untuk memperkuat kelancaran ekonomi maka manusia akan berpaling atau membentuk struktur yang lain yang mendukungnya. Mengapa agama lahir dari ekonomi? Pertanyaan ini dapat dijawab menggunakan filsafat yang sederhana “ pada manusia primitif agama difungsikan untuk menggambarkan rasa syukur karena panen yang melimpah atau sebagai ritual pengorbanan untuk mempersembahkan korban karena gagal panen atau terserang wabah penyakit”. Artinya dalam filsafat tadi agama hanya dijadikan alat sebagai pemenuhan hasrat ekonomi dan ketakutan manusia.

Marx menafsirkan agama sebagai candu bagi masyarakat “ Kesukaran agama- agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan protes melawan kesukarann yang sebenarnya. Agama adalah nafas lega makhluk tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati, spirit kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat” (Marx, 1843/1970).[4]

Hubungan antara Filsafat Ketuhanan dan Agama
Filsafat ketuhanan dan agama, yakni adanya saling isi-mengisi dan saling tunjang-menunjang. Keduanya terdapat persamaan besar, yakni sama-sama membahas masalah ketuhanan. Perbedaan antara Filsafat ketuhaanan dengan agama didapati di dalam system yang dipergunakan, Agama mengajarkan manusia mengenal Tuhannya atas dasar wahyu (kitab suci), sebaliknya, filsafat ketuhanan mengajarkan manusia mengenal Tuhan melalui akal fikiran semata-mata yang kemudian kebenarannya didapati sesuai dengan wahyu (kitab suci).

Dengan kata lain, bahwa baik agama maupun filsafat ketuhanan sama-sama bertolak dari pangkalan pelajaran Ketuhanan, tetapi jalan yang ditempuh berbeda. Masing-masing menempuh cara dan jalannya sendiri, namun keduanya akan bertemu kembali di tempat yang dituju dengan kesimpulan yang sama: Tuhan Ada dan Maha Esa.[5]

Kesimpulan
Agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Kita sebagai umat islam belum semuanya berusaha kepada Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.

Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi “Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan tekhnologi).

Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat), sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlak tersebut.

Daftar Pustaka
George Ritzer dan Douglas, Sosiological Theory, (New York: McGraw-Hill, 2004). www.google.com
Hamzah Yaqub, Filsafat Agama, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992).
Ibnu Khaldun, AL-Muqaddimah. (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2000 diterjemahkan oleh Ahmad Thoha).
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. (Bandung : Rosda Karya, 2005).
__________________
[1] Hamzah Yaqub, Filsafat Agama, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 01
[2] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : Rosda Karya, 2005). Hal.34
[3] Ibnu Khaldun, AL-Muqaddimah, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2000 diterjemahkan oleh Ahmad Thoha), hlm. 71
[4] George Ritzer dan Douglas, Sosiological Theory, (New York: McGraw-Hill, 2004). hlm. 74
[5] Hamzah Yaqub, Filsafat Agama, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 12

0 komentar:

Posting Komentar